Hey, hello!
Setelah beberapa kali mencoba blogging hal-hal yang mungkin sedikit kurang penting alias sharing-sharing ringan (halah apa sih bahasanya) untuk membiasakan diri supaya nggak kaku dulu, hari ini saya akan coba posting sedikit tentang buku yang sedang saya baca.
Buku ini karya Murtadha Muththahari, bukunya tipis membahas cuma 5 surat Al Quran. Kali ini, tentang QS. Al Qadr
Dengan nama Allah yang Mahakasih dan Mahasayang...
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran pada Lailatu al Qadr (malam kemuliaan)
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Well, setelah membaca buku ini, saya jadi teringat kalimat Imam Ali bin Thalib As yang mengisyaratkan celakalah bagi orang yang setelah berlalunya Ramadhan, masih ada cela/dosa di dirinya.
Setelah beberapa kali mencoba blogging hal-hal yang mungkin sedikit kurang penting alias sharing-sharing ringan (halah apa sih bahasanya) untuk membiasakan diri supaya nggak kaku dulu, hari ini saya akan coba posting sedikit tentang buku yang sedang saya baca.
Buku ini karya Murtadha Muththahari, bukunya tipis membahas cuma 5 surat Al Quran. Kali ini, tentang QS. Al Qadr
Dengan nama Allah yang Mahakasih dan Mahasayang...
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran pada Lailatu al Qadr (malam kemuliaan)
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Al Quran diturunkan pada malam Lailatul Qadr, hal ini juga tersurat di QS. Al Baqarah:185 :
"Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan permulaan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda.."
Ayat ini menyifati bulan Ramadhan sebagai bulan yang didalamnya diturunkan al Quran, maka diketahui bahwa malam Lailatul Qadr adalah salah satu diantara malam-malam bulan Ramadhan.
Di buku ini dituliskan sebuah pertanyaan:
"Apabila al Quran diturunkan pada malam Lailatul Qadr, sedangkan Lailatul Qadr itu termasuk salah satu diantara malam-malam suci di bulan Ramadhan, tidakkah itu berarti bahwa Nabi Saw. telah diutus pada malam Lailatul Qadr? Lalu mengapa kita merayakan hari mab'ats (diutusnya Nabi Saw) pada tanggal 27 Rajab, padahal Al Quran menjelaskan bahwa ia turun pada bulan suci Ramadhan?
Jawabannya: Sebenarnya al Quran itu diturunkan dua kali:
Pertama, secara keseluruhan dan Kedua, secara berangsur-angsur dan terperinci.
Yang diturunkan secara keseluruhan tidak terikat oleh waktu, sedangkan yang kedua terikat oleh waktu tertentu.
Kata nuzul dalam konteks bahasa Arab mengacu pada dua akar kata:
Pertama: inzal (turunnya Al Quran secara keseluruhan) seperti dalam ayat pertama QS. Al Qadr: "innaa anzalnaahu fii lailatil qadr"
Kedua: tanzil (turun secara berangsur). Dengan demikian al Quran (turun secara) inzal dan tanzil
Bingung nggak? hehe jangan bingung, gini lho...
Dari ayat-ayat tersebut diatas, dijelaskan bahwa Al Quran diturunkan pada Rasulullah saw sebanyak dua kali. Yang pertama, adalah secara keseluruhan (inzal) dalam satu waktu dan tidak terikat oleh zaman. Jadi Al Quran ini diturunkan kepada Rasulullah saw sebelum ia diturunkan secara terperinci, dalam bentuk ruh dan bukan dalam bentuk ayat, kata, lafadz, ataupun surat.
Dan setelah ruh (yakni ruh al Quran) terebut bersemayam pada diri Rasulullah saw, maka al Quran turun sekali lagi dalam bentuk lafadz-lafadz, kalimat-kalimat, dan surat-surat.
Kesimpulannya, Al Quran diturunkan sebanyak dua kali, yang pertama kali adalah secara keseluruhan pada bulan suci Ramadhan. Ketika itu Rasulullah saw belum diutus. Sebab pengutusan Rasulullah saw dimulai sejak turunnya malaikat Jibril dengan membawa Al Quran dalam bentuk lafadz dan kata-kata (inilah masa diutus Rasul saw yang terjadi di bulan Rajab dan menerus selama 23 tahun)
"Maha suci Allah yang telah menurunkan al Furqan (al Quran) kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam" (QS. Al Furqan:1)
Kata Furqan berasal dari akar kata farq yang berarti pemisah dan pemisahan. Maksudnya, sebenarnya Kami telah menurunkan al Quran secara terpisah dan terbagi, agar Anda membacakannya kepada manusia secara berangsur-angsur.
Malam Lailatul Qadr lebih baik dari seribu bulan,malam diturunkannya Al Quran kepada Rasulullah saw. Malam manusia sempurna, yang terus berkelanjutan (Ayat ini tidak menunjukkan bentuk lampau/dulu.Menunjukkan adanya kesinambungan yang menerus.)
Itulah malam dimana hubungan antara langit dan bumi tidak terputus. Bukan hanya satu atau dua malaikat saja yang turun, tetapi para malaikat dan malaikat Jibril. (disini kata "turun" menggunakankata kerja bentuk (kala) sedang-akanan, dan tidak menggunakan kata kerja bentuk (kala) lampau.
Kemanakah para malaikat turun? dalam hadis-hadis keluarga Rasulullah saw, dijelaskan bahwa:
"Para malaikat turun ke dalam hati manusia. Maka hendaklah hati manusia menjadi hati yang layak untuk menyambut uturunnya malaikat kepadanya."
Lailatul Qadr adalah malam manusia sempurna,dan al Quran diturunkan pada malam tersebut. Rasulullah saw memiliki malam Lailatul Qadr pada setiap tahunnya,begitu pula penerusnya (dari keluarganya yang disucikan). Bumi ini tidak pernah kosong dari manusia sempurna. Dan (setiap) tahun tidak pernah sunyi dari malam Lailatul Qadr, yang tidak pernah bergeser dari bulan suci Ramadhan.
Lailatul Qadr suatu malam yang merupakan penghubung antara langit dan bumi,antara yang bersifat fisik (malak) dan yang bersifat metafisik (malakut). Pintu-pintu langit dibukakakan untuk bumi, sehingga antara alam fisik dan metafisik bersatu
Telah diketahui bahwa setiap materi memiliki gelombang (elektromagnetik) yang dapat mencapai sisi lainnya. Lantas bagaimana dengan gelombang-gelombang jiwa yang tidak diketahui? Apabila pada malam Lailatul Qadr (para) imam beribadah dengan kobaran jiwanya sehingga pintu-pintu langit terbuka bagi bumi,dan orang-orang seperti kita menginginkan hal seperti itu,maka limpahan kebahagiaan yang kita rasakan pada malam itu akan menyamai seribu bulan.
Malam-malam lain tidak ada yang mencapai (ketinggian) malam Lailatul Qadr. Para malaikat beserta Malaikat Jibril (didalam al Quran, Malaikat Jibril adalah sebuah hakikat yang lebih tinggi ketimbang malaikat-malaikat lain) turun untuk mengatur amr(urusan) Tuhan mereka.
Malam itu dipenuhi oleh kesejahteraan dan keselamatan. Salam (kesejahteraan) disini adalah salam penghormatan yang diucapkan para malaikat, ketika mereka turun dan naik. Sementara keselamatan diberikan kepada siapa saja yang pada malam tersebut berkeinginan agar dirinya terbebas dari setiap cela, waswas, serta tipudaya setan.
Well, setelah membaca buku ini, saya jadi teringat kalimat Imam Ali bin Thalib As yang mengisyaratkan celakalah bagi orang yang setelah berlalunya Ramadhan, masih ada cela/dosa di dirinya.
Bagaimana tidak, pintu-pintu langit terbuka, istilahnya langit tuh "bolong". Semua doa-doa kebaikan yang kita panjatkan pasti naik (diijabah) dan tidak terhijab/terhalang sesuatu apapun.
Bersamaan dengan itu, saya juga ngeri membayangkan jika kita lalai di malam tersebut, malam yang penuh kemuliaan itu, malam yang dianugerahkan keagungan untuk turunnya Al Quran kepada Rasulullah saw itu, malam yang lebih baik dari seribu bulan itu...
Mudah-mudahan dengan mempelajari makna Lailatul Qadr ini kita jadi nggak cuma tau "katanya sih, malam lailatul qadr itu penting" dan mulai mempersiapkan hati kita sejak DAY ONE bulan Ramadhan mendatang, untuk menyambut malaikat-malaikat itu datangi hati kita yang kita kotori hari demi hari.
(disarikan dari buku Mutiara Wahyu (Murtadha Muththahari. Penerbit: Cahaya, 2004)

No comments:
Post a Comment